Senin, 21 Desember 2015

Makam Sunan Bayat




SEJARAH

ASAL-USUL SUNAN BAYAT
Pada pemerintahan PRABU BRAWIJAYA Raja Majapahit yang ke V merupakan zaman pengalihan. Pada masa itu islam mulai mengembangkan sayap demi kemajuannya, hal itu kerajaan Majapahit menjadi sasarn utamanya. Karena banyak pasukan islam yang menyerbu akhirnya Majapahit terdesak, Brawijawa memilih pergi dari Istana. Waktu itu Prabu Brawijaya masih menganut  agama Hindu. Dalam pelariannya itusampain di desa Sawer, beliau beremu dengan Sunan Kalijaga, oleh Sunan Kalijaga beliau disarankan pergi ke daerah Semarangdan menjadi Bupati Semarang dan di Semarang inilah beliau dididik oleh Sunan Kalijaga dan diberi sebutan Ki Ageng Padang Aran.
Karena Sunan Kalijaga merasa tugasnya mengajar Ki Ageng Pandang Aran selesai maka beliau (Sunan Kalijaga) meninggalkan Semarang untuk melanjutkan penyegaran agama Islam di  tempat lain. Setelah beberapa kurun waktu, Ki Ageng Padang Aran mencari Sunan Kalijaga gurunya di Jabalkat. Setelah pertemuan itu nama Sunan Padang Aran Bayat, untuk meneruskan penyebaan Agama Islam beserta para wali-walinya.

KI AGENG PADANG ARAN MENAIKI GUNUNG JABALKAT

            Setelah meninggalkan desa jiwo hanya beberapa ratus meter sudah menginjak kaki Gunung Jabalkat. Setelah sampai segera Ki Ageng Padang Aran naik ke atas gunung Jabalkat. Dengan menyebut Allah Ki Ageng Padang Aran terus naik ke Gunung Jabalkat. Setelah sampai puncak, Ki Ageng Padang Aran terdiam lama menunggu Sunan Kalijaga. Lalu Ki Ageng Padang Aran meminta petunjuk kepada Allah dan sesaat itu terlihatlah sosok tubuh serba hitam yang tak lain adalah Sunan Kalijaga.
            Mulai saat itu Ki Ageng Padang Aran tinggal di Jabalkat dan merasa mendapat perintah untuk membantu wali menyebarkan agama Islam.
            Lalu Ki Ageng Padang Aran juga mendirikan Masjid di puncak Gunung Jabalkat dan setiap hari Jum’at Legi ada Pasebokan/Saresehan. Dengan adanya pengajian Jumatan Legi ini masyarakat sekitar merasa diberi pencerahan. Maka rakyat sekitar mengenalnya dengan sebutan Ki Ageng Padang Aran yang berarti  Orang yang Memberi Penerangan. Dan tempat untuk berkumpul diberi nama Paseban. Sampai sekarang diabadikan menjadi nama dukuh/desa.
            Ki Ageng Padang Aran atau lebih dikenal Sunan Bayat yang giat menyebarkan Agama Islam, maka masyarakat sekitar menyebut Beliau sebagai “Wali ke-10”. Diluar jumlah Wali Songo yang ada Sembilan.


LOKASI


Makamnya terletak di perbukitan ("Gunung Jabalkat") di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah,

Akses kesana sangat mudah. Dapat diakses dengan menggunakan kendaraan bermotor bahkan hingga bus pariwisata. meskipun terletak di daerah pegunungan, namun sangat mudah untuk dijangkau karena ada beberapa rambu-rambu petunjuk arah yang menunjukkan lokasi makan Sunan Bayat.


ADA APA SAJA?

Makam Tembayat, makam dari Sunan Bayat yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, yang terletak di atas perbukitan Gunung Jabalkat. Lokasi makam yang berada di ketinggian 860 meter dpl ini dapat dicapai dengan terlebih dahulu menaiki 250 anak tangga.

Dimulai dari pintu gerbang pertama adalah Gapura Segara Muncar, lalu Gapura Dhuda, dan pintu ketiga yaitu Gapura Pangrantungan. Gapura Pangrantungan berada di “garis finis” dari 250 anak tangga menuju makam. Di kompleks gapura ini terdapat Bangsal Nglebet (untuk tamu wanita) dan Bangsal Jawi (untuk pria) sebagai lokasi beristirahat dan menghela nafas setelah lelah menapaki anak tangga.
Di bangsal ini pula, pengunjung wajib mendaftarkan diri sebelum masuk ke area pemakaman. Pengunjung kembali harus mengeluarkan “uang donasi” di bangsal ini untuk biaya tiket. Dari bangsal ini pengunjung kemudian mengarah ke kompleks pemakaman sahabat Sunan dan kembali akan menemukan Gapura Panemut yang juga memiliki gaya bangunan Hindu.
Masuk lebih dalam lagi kita akan melewati Gapura Pamuncar, Gapura Balekencur, dan Gapura Prabayeksa, gapura terakhir sebelum memasuki makam Sunan. Dari gapura terakhir tadi pengunjung akan bertemu dengan seorang juru doa yang duduk di depan sebuah perapian yang terletak di bawah Regol Sinaga.

Juru doa ini adalah seseorang yang dapat dimintai bantuan untuk memintakan izin dan mendoakan peziarah yang datang mengunjungi makam Sunan Bayat. Di kanan dan kiri Regol Sinaga yang berpintu tiga diletakan masing-masing sebuah gentong yang diberi nama Gentong Sinaga, yang dipercaya sebagai padasan atau tempat air wudhu Sunan Bayat

Beberapa peziarah yang datang atau meninggalkan makam Sunan selalu menyempatkan diri untuk meminum air dari dalam gentong atau menyimpan sedikit dalam botol untuk dibawa pulang. Dari Regol Sinaga pengunjung dapat langsung masuk ke dalam bangunan utama yang terdapat di puncak bukit ini.
Di dalam bangunan inilah Sunan Bayat dimakamkan. Makam Sunan Bayat terdapat di tengah bangunan tersembunyi dalam bilik kayu berbentuk persegi mirip seperti Ka’bah di Mekah. Banyak peziarah yang masuk, akan mengantri di samping makam untuk dapat mendekati makam Sunan. Beberapa dari mereka juga terlihat sibuk menyalin teks Jawa yang tertulis pada sebuah batu yang diletakan di samping makam.
Di samping makam Sunan Bayat terdapat dua makam istri Sunan Bayat yaitu Nyi Ageng Kali Wungu dan Nyi Ageng Krakitan. Sementara (bagian dalam) di depan pintu masuk bangunan utama terdapat beberapa makam sahabat-sahabat Sunan Bayat.

HARGA TIKET MASUK

Harga tiket masuknya Rp. 2000,-
Parkir sepeda motor Rp 2000,-
Parkir mobil: Rp. 5000,-


Sumber:
Buku paduan Sejarah Sunan Bayat yang dapat dibeli di lokasi seharga Rp 1500,-
http://chic-id.com/mari-berwisata-kompleks-pemakaman-sunan-bayat-di-gunung-jabalkat/



0 komentar:

Posting Komentar

 
Rotating X-Steel Pointer