Hari yang cerah disambut hembusan
pelan angin menambah sempurnanya sore hari. Terlihat dua sejoli berpedangan
tangan. Menikmati eloknya matahari terbenam di sebuah café. Memang ini kali
pertama mereka duduk berdua berpegangan tangan. Kentalnya suasana sore ditambah
hangatnya cinta mereka berdua.
“Triana,”
ucap si cowok memulai pembicaraan setelah sekian lama mereka duduk terdiam.
“Ada
apa Andri?” jawab Triana dengan suara seraknya. Suara yang menenangkan hati
setiap orang yang mendengarkannya.
“Aku
mencintaimu. Aku yakin kamu pasti berfikir aku hanya main-main kepadamu.
Percayalah aku sungguh mencintaimu. Tak peduli orang lain berkata apa. Maukah
kamu menjadi satu-satunya orang yang mengisi hatiku, satu-satunya orang yang
akan selalu tersenyum untukku,” kata Andri tegas membuat Triana tersontak
kaget.
“Ta…
tapi kamu dekat dengan Indah, aku tidak ingin melukai hati Indah,” Triana
mengelak sambil mempertahankan agar air matanya tidak jatuh terurai.
Andri
menghembuskan nafas dengan perlahan. Dia melihat matahari yang akan hilang
hanya dalam beberapa menit. Hati dan pikirannya beradu. Takkan pernah ada
pemenang.
“Sudah
tidak perlu dibahas. Aku tunggu jawaban darimu secepatnya,” Andri berdiri
hendak pergi namun tanggannya ditahan oleh Triana.
“Aku
sudah memutuskan. Aku mencintaimu,” kata Triana dengan sedikit malu.
Tampak
senyum berkembang dikeduanya. Sebuah ikatan cinta terjalin dikeduanya. Sungguh
manis kisah cinta mereka.
Namun
sebenarnya tidak. Andri mempunyai sebuah rahasia. Sungguh sulit membagi hati
untuk dua orang yang sama-sama dicintainya. Setelah mengantarkan Triana pulang,
Andri bergegas menuju café untuk bertemu Indah. Dengan langkah lesu Andri masuk
ke dalam café.
Seorang
gadis cantik yang mempunyai rambut sebahu menunggunya. Sudah hampir 2 jam gadis
itu menunggu tanpa lelah untuk mendapatkan kepastian cintanya.
“Hay
Indah,” sapa Andri duduk di depan Indah dan memegang tangan Indah yang mulai
dingin karena hembusan angin malam.
“APA
YANG KAMU LAKUKAN?” teriak Indah di depan Andri.
“Sungguh
ini tidak seperti yang kamu bayangkan,” jelas Andri masih tetap memegang tangan
Indah.
“Oke
aku tidak membayangkan. Tapi ini kenyataan. Aku melihat kamu menyatakan cinta
kepada Triana. Apa gunanya perhatianmu selama ini. Dasar pemberi harapan
palsu!” Indah menampar Andri.
Dengan
tangis yang belum mereda, Indah berlari keluar dari café tempat biasanya dia bersama Andri. Hatinya
hancur dan rasa kecewanya sudah menyebar ke seluruh denyut nadinya. Mencintai
orang yang takkan bisa mencintai dirinya hanyalah akan membuat sakit di hati.
Menit
berganti menit, hari berganti hari. Hubungan Andri dan Triana semakin tidak jelas.
Pernyataan cinta hanya menciptakan jarak diantaranya. Cinta itu bukan sarana
untuk pelampiasan perasaan. Cinta hanya akan ada jika orang tersebut menghargai
adanya cinta.
“Pagi
bidadari hatiku,” sapa Andri kepada Indah. Indah hanya berlalu tanpa
meninggalkan kata. Tampak matanya berkaca-kaca ingin menangis. Cukup sulit
untuk melupakan orang yang dicintai.
Andri
hanya terdiam membisu. Inikah karma baginya karena telah menyakiti Indah. Mencintai
orang yang sudah disakitinya adalah hal yang paling menyakitkan. Terkadang orang
lebih memilih untuk egois demi cinta. Tapi cinta itu tidak pernah egois. Cinta hanyalah
sebuah perasaan senang meskipun itu menyakitkan.
Triana
menghampiri Andri yang berdiri mematung. Ditarik pelan tangannya kemudian
mereka berdua duduk dibawah pohon.
“Apakah
kamu mencintai Indah?” tanya Triana yang seharusnya tidak terucapkan. Andri hanya
mengangguk dengan diam seribu kata.
Triana
tersenyum kecil, senyum manis yang selalu ia tunjukkan kepada Andri. Senyum palsu
yang selalu ia gunakan untuk menutupi rasa sakit dihatinya.
“Apakah
kamu mencintaiku juga?” tanya Triana dengan nada sedikit ragu.
“Aku
mencintaimu dan juga aku mencintai Indah,” jawab Andri dengan menatap kearah
atas. Siap menerima tamparan dari Triana karena menghianati cinta tulusnya.
“Ndri,
kamu bisa kok mencintai keduanya. Tapi kamu tidak bisa memiliki keduanya. Tanyakan
pada hatimu siapa yang kamu pilih. Semakin lama kamu menunda, semakin sakit
kamu melukainya. Tentukanlah. Jika kamu lebih memilih Indah, aku siap kok.” Air
mata Triana jatuh perlahan melewati lesung pipinya.
“I
didn’t mean to hurt you, please forgive me,” Tatapan Andri kepada Triana seakan
mengisyaratkan untuk tidak berkata itu.
“Kejar
cintamu, jangan biarkan dia hilang hanya karena kamu memilih cinta yang salah.”
Triana berdiri dan berjalan meninggalkan Andri sendiri. “Oh iya, hubungan kita
sampai sini aja ya,” tambah Triana.
Bodoh!
Benar-benar bodoh! Aku tidak bisa memilih siapa yang lebih aku cinta. Pikir Andri.
Terdengar suara langkah kaki mendekat. Ternyata Indah menghampiri Andri.
“Boleh
aku duduk disini?” tanya Indah membuka pembicaraan.
“Silahkan,”
jawab Andri sambil menghela nafas. “Terima kasih suda…”
“Aku
udah dengar semuanya kok,” potong Indah. “Jujur saja aku mencintaimu sebagai
sahabat dan tidak lebih. Kamu orang yang bodoh. Aku tahu Triana sangat
mencintaimu bahkan cintanya melebihi cintaku ke kamu. Tapi kamu lebih memilih
membiarkan cinta itu pergi,”
Seakan
tersambar petir, jantung Andri berdebar lebih kencang tangannya dingin dan juga
hatinya sangat sakit. Indah tidak mencintainya.
Penyesalan
Andri yang tak berujung membuatnya melupakan rasa cinta tulus orang didekatnya.
Manusia banyak melihat, mencari, dan menunggu orang yang akan membawakan dia
cinta, namun tanpa disadari cinta itu dekat. Hanya saja bagaimana menyadari
akan datangnya cinta tersebut. Hal yang paling menakutkan di dunia ini adalah…
kehilangan cinta.