Jumat, 21 Maret 2014

Ketika Seseorang Kehilangan Cintanya

KEHILANGAN CINTA

          Hari yang cerah disambut hembusan pelan angin menambah sempurnanya sore hari. Terlihat dua sejoli berpedangan tangan. Menikmati eloknya matahari terbenam di sebuah café. Memang ini kali pertama mereka duduk berdua berpegangan tangan. Kentalnya suasana sore ditambah hangatnya cinta mereka berdua.
“Triana,” ucap si cowok memulai pembicaraan setelah sekian lama mereka duduk terdiam.
“Ada apa Andri?” jawab Triana dengan suara seraknya. Suara yang menenangkan hati setiap orang yang mendengarkannya.
“Aku mencintaimu. Aku yakin kamu pasti berfikir aku hanya main-main kepadamu. Percayalah aku sungguh mencintaimu. Tak peduli orang lain berkata apa. Maukah kamu menjadi satu-satunya orang yang mengisi hatiku, satu-satunya orang yang akan selalu tersenyum untukku,” kata Andri tegas membuat Triana tersontak kaget.
“Ta… tapi kamu dekat dengan Indah, aku tidak ingin melukai hati Indah,” Triana mengelak sambil mempertahankan agar air matanya tidak jatuh terurai.
Andri menghembuskan nafas dengan perlahan. Dia melihat matahari yang akan hilang hanya dalam beberapa menit. Hati dan pikirannya beradu. Takkan pernah ada pemenang.
“Sudah tidak perlu dibahas. Aku tunggu jawaban darimu secepatnya,” Andri berdiri hendak pergi namun tanggannya ditahan oleh Triana.
“Aku sudah memutuskan. Aku mencintaimu,” kata Triana dengan sedikit malu.
Tampak senyum berkembang dikeduanya. Sebuah ikatan cinta terjalin dikeduanya. Sungguh manis kisah cinta mereka.
Namun sebenarnya tidak. Andri mempunyai sebuah rahasia. Sungguh sulit membagi hati untuk dua orang yang sama-sama dicintainya. Setelah mengantarkan Triana pulang, Andri bergegas menuju café untuk bertemu Indah. Dengan langkah lesu Andri masuk ke dalam café.
Seorang gadis cantik yang mempunyai rambut sebahu menunggunya. Sudah hampir 2 jam gadis itu menunggu tanpa lelah untuk mendapatkan kepastian cintanya.
“Hay Indah,” sapa Andri duduk di depan Indah dan memegang tangan Indah yang mulai dingin karena hembusan angin malam.
“APA YANG KAMU LAKUKAN?” teriak Indah di depan Andri.
“Sungguh ini tidak seperti yang kamu bayangkan,” jelas Andri masih tetap memegang tangan Indah.
“Oke aku tidak membayangkan. Tapi ini kenyataan. Aku melihat kamu menyatakan cinta kepada Triana. Apa gunanya perhatianmu selama ini. Dasar pemberi harapan palsu!” Indah menampar Andri.
Dengan tangis yang belum mereda, Indah berlari keluar dari café  tempat biasanya dia bersama Andri. Hatinya hancur dan rasa kecewanya sudah menyebar ke seluruh denyut nadinya. Mencintai orang yang takkan bisa mencintai dirinya hanyalah akan membuat sakit di hati.

Menit berganti menit, hari berganti hari. Hubungan Andri dan Triana semakin tidak jelas. Pernyataan cinta hanya menciptakan jarak diantaranya. Cinta itu bukan sarana untuk pelampiasan perasaan. Cinta hanya akan ada jika orang tersebut menghargai adanya cinta.
“Pagi bidadari hatiku,” sapa Andri kepada Indah. Indah hanya berlalu tanpa meninggalkan kata. Tampak matanya berkaca-kaca ingin menangis. Cukup sulit untuk melupakan orang yang dicintai.
Andri hanya terdiam membisu. Inikah karma baginya karena telah menyakiti Indah. Mencintai orang yang sudah disakitinya adalah hal yang paling menyakitkan. Terkadang orang lebih memilih untuk egois demi cinta. Tapi cinta itu tidak pernah egois. Cinta hanyalah sebuah perasaan senang meskipun itu menyakitkan.
Triana menghampiri Andri yang berdiri mematung. Ditarik pelan tangannya kemudian mereka berdua duduk dibawah pohon.
“Apakah kamu mencintai Indah?” tanya Triana yang seharusnya tidak terucapkan. Andri hanya mengangguk dengan diam seribu kata.
Triana tersenyum kecil, senyum manis yang selalu ia tunjukkan kepada Andri. Senyum palsu yang selalu ia gunakan untuk menutupi rasa sakit dihatinya.
“Apakah kamu mencintaiku juga?” tanya Triana dengan nada sedikit ragu.
“Aku mencintaimu dan juga aku mencintai Indah,” jawab Andri dengan menatap kearah atas. Siap menerima tamparan dari Triana karena menghianati cinta tulusnya.
“Ndri, kamu bisa kok mencintai keduanya. Tapi kamu tidak bisa memiliki keduanya. Tanyakan pada hatimu siapa yang kamu pilih. Semakin lama kamu menunda, semakin sakit kamu melukainya. Tentukanlah. Jika kamu lebih memilih Indah, aku siap kok.” Air mata Triana jatuh perlahan melewati lesung pipinya.
“I didn’t mean to hurt you, please forgive me,” Tatapan Andri kepada Triana seakan mengisyaratkan untuk tidak berkata itu.
“Kejar cintamu, jangan biarkan dia hilang hanya karena kamu memilih cinta yang salah.” Triana berdiri dan berjalan meninggalkan Andri sendiri. “Oh iya, hubungan kita sampai sini aja ya,” tambah Triana.
Bodoh! Benar-benar bodoh! Aku tidak bisa memilih siapa yang lebih aku cinta. Pikir Andri. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Ternyata Indah menghampiri Andri.
“Boleh aku duduk disini?” tanya Indah membuka pembicaraan.
“Silahkan,” jawab Andri sambil menghela nafas. “Terima kasih suda­…”
“Aku udah dengar semuanya kok,” potong Indah. “Jujur saja aku mencintaimu sebagai sahabat dan tidak lebih. Kamu orang yang bodoh. Aku tahu Triana sangat mencintaimu bahkan cintanya melebihi cintaku ke kamu. Tapi kamu lebih memilih membiarkan cinta itu pergi,”
Seakan tersambar petir, jantung Andri berdebar lebih kencang tangannya dingin dan juga hatinya sangat sakit. Indah tidak mencintainya.
Penyesalan Andri yang tak berujung membuatnya melupakan rasa cinta tulus orang didekatnya. Manusia banyak melihat, mencari, dan menunggu orang yang akan membawakan dia cinta, namun tanpa disadari cinta itu dekat. Hanya saja bagaimana menyadari akan datangnya cinta tersebut. Hal yang paling menakutkan di dunia ini adalah… kehilangan cinta.
 

 
Rotating X-Steel Pointer